Menulis di Ponsel



Bisa karena terbiasa. Sekarang ini saya sedang mencoba untuk membiasakan menulis setiap hari. Tidak langsung semua jadi postingan blog. Tapi setidaknya saya tidak melewatkan satu hari tanpa menulis.

Saya pernah menonton sebuah vlognya Pandji Pragiwaksono. Disitu dia bercerita bahwa kebiasaan menulis yang ia lakukan setiap hari itu, ditularkan oleh Raditya Dika.

Pandji berkata, Radit selalu menulis setiap hari. Dimanapun dan kapanpun. Radit selalu menulis materi stand up di rumah, di kantor, atau bahkan di bandara sekalipun.

“Kalau Radit terlihat sedang fokus dengan hapenya, itu dia lagi nulis.” Ucap Pandji dalam vlognya.

Radit juga berkata bahwa ia selalu membiasakan diri menulis minimal satu halaman dalam sehari. Radit tidak menyarankan Pandji untuk mengikutinya. Coba saja biasakan minimal satu paragraf terlebih dahulu. Jika sudah biasa, tambah lagi.

Menarik memang melihat kebiasaan dari public figure yang seperti itu. Jadi wajar saja jika hidupnya mungkin saat ini dipenuhi dengan kenyamanan. Tapi kenyamanan tidak membuat mereka senantiasa merasa nyaman.

Nah, dari situ saya mencoba untuk mencontoh kebiasaan tersebut. Menulis setiap hari.

Saya biasa menulis untuk postingan blog itu di laptop. Tapi, untuk menunjang ini saya rasa laptop tidaklah cukup. Maksudnya, tidak selalu saya memegang laptop kemana-mana dan tentu sulit agaknya menggunakan laptop di sembarang tempat.

Ponsel atau hape lah solusinya.

Mulai di hari ini saya akan mencoba untuk menulis di ponsel. Aneh, karena memang belum terbiasa saja. Tapi ponsel dapat memungkinkan saya mewujudkan apa yang ingin saya mulai.

Saya bisa menulis kapan saja dan dimana saja dengan ponsel saya ini. Bahkan di tempat-tempat yang agak sedikit riweh, ketika di transportasi umum misalnya. Saya bisa menulis dengan menggunakan ponsel saya.

Mungkin kedepannya akan banyak hambatan dan saya akan banyak beralasan. Banyak pekerjaan contohnya. Saya memang kerang menjadikan pekerjaan saya sebagai dalih untuk malas mengerjakan hal lain, seperti hobi menulis ini.

Saya sedang mencoba melawan perasaan seperti itu.

Dan lagi-lagi dalam vidionya, Pandji Pragiwaksono secara tidak langsung membuat saya tersadar. “Sama mood aja kalah, bagaimana dengan kerasnya dunia?” ya, itu judul salah satu vidio dari kanal Youtubenya Pandji.

Dalam vidionya Pandji berkata bahwa semua orang punya mood, semua orang punya suasana hati. Kalau kita terus-terusan menunggu suasana hati membaik untuk mulai berkarya, rasanya tidak akan mulai-mulai deh.

Pandji juga menegaskan bahwa disiplin bisa terbentuk juga karena paksaan. Paksaan dalam arti kita benar-benar berkomitmen untuk itu dan mau tidak mau ya harus mau, karena sudah punya tujuan dan target yang ingin dicapai.

Jika sama mood saja sudah nyerah, jadi bagaimana cara kita untuk berjuang untuk hidup kita?. Begitulah kira-kira.

Menulis setiap hari, mungkin terdengar mudah. Tapi untuk saya pribadi sih tidak semudah itu. Susah. Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba.

Saya ingin memulainya di hari ini dan barangkali suatu saat jadi sebuah kebutuhan. Barangkali suatu saat sehari saja tidak menulis saya akan merasa ada yang hilang. Saya harap saya bisa konsisten.

Semoga.

(Bekasi, 14 Maret 2024)

Komentar

Postingan Populer